9 Juni 2013

bencana HIV-AIDS berawal dari seks beresiko




BENCANA HIV-AIDS BERAWAL DARI SEKS BERESIKO
dr.fathurrohim,M.Kes
Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Banten


HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), ada di tengah- tengah kita. Bahkan, bukan cerita baru, kalau ada bayi tertular HIV yang menggerogoti kekebalan tubuhnya. Kesalahan pun tak jarang ditimpakan pada sang ibu. Benarkah ibu merupakan sumber penularan infeksi bagi buah hatinya? Jawabannya TIDAK sebab bayi tertular HIV, sebetulnya dari orangtua ke bayi. Bahkan, sebagian besar kasus penularan HIV ini berawal dari suami ke isteri, baru kemudian ke bayinya.Berdasarkan data Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI hingga Maret 2012, 71 persen pengidap AIDS adalah laki-laki, sedang perempuan sebesar 28%. Perbandingannya 3:1. bila laki-laki ini berstatus suami, maka terbuka peluang besar isteri akan tertular HIV/AIDS. Untuk menanggulangi penyebaran HIV/AIDS, Kementerian Kesehatan kini melakukan berbagai langkah pencegahan. Ada tiga upaya preventif yang dilakukan, yakni pertama pencegahan melalui transmisi seksual. Kedua, pencegahan penularan melalui alat suntik. Ketiga, menekan terjadinya kasus ibu menulari bayinya.
Penularan HIV tak mengenal usia. Bayi baru lahir pun terancam virus ini akibat perilaku seks berisiko dari orangtuanya. Pemerintah terus melakukan upaya yang sungguh-sungguh untuk menanggulangi penyebaran HIV, antara lain mendorong puasa seks, saling setia dan penggunaan kondom untuk seks berisiko. Pencegahan melalui transmisi seksual merupakan langkah yang tak mudah untuk ditempuh. Kalau dilihat dari penyebab utamanya, HIV/ AIDS justru berkembang karena terjadinya hubungan seks risiko tinggi, bukan lagi penggunaan narkoba suntik. Pengeritan seks berisiko adalah hubungan seks yang berisiko terjadinya penularan penyakit atau kehamilan yang tidak direncanakan. Yang perlu menjadi perhatian adalah penyebaran berlangsungnya seks risiko tinggi ini terjadi di banyak tempat. Transaksi seks ini terjadi, baik secara terbuka maupun terselubung. Dan yang tak kalah memprihatinkan adalah terjadinya peningkatan penularan penyakit akibat hubungan seks yang signifikan di kalangan ibu-ibu rumah tangga. Salah satu cara untuk menghindari penularan tersebut adalah dengan penggunaan kondom. Namun, langkah ini cukup dilematis. Karena, bila dipahami secara keliru atau terjadi mispersepsi, apalagi jika disalahgunakan, upaya ini justru dapat berdampak negatif, misalnya munculnya seks bebas di kalangan remaja. Karenanya, untuk meningkatkan pengetahuan komprehensif di kalangan remaja usia 15-24 tahun, Kementerian kesehatan Republik Indonesia telah meluncurkan program Aku Bangga, Aku Tahu (ABAT). Kampanye terhadap generasi muda ini sekaligus bertujuan mengajak masyarakat agar dapat meningkatkan pengetahuannya tentang HIV dan AIDS. Dengan begitu, diharapkan kaum remaja dapat menghindar dari perilaku berisiko tertular dan atau menularkan HIV.


Tidak ada komentar: